Jakarta – Wakil Ketua DPD RI, Sultan B. Najamudin mengapresiasi langkah Pemerintah Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19. Namun, ia menyatakan bahwa pemerintah membutuhkan banyak dukungan dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Menurutnya, pemerintah harus melibatkan pihak lain yang berkompeten untuk menentukan langkah serta skema kebijakan yang akan diambil dalam jangka panjang. Salah satunya mantan Menteri Kesehatan di era SBY, dr. Siti Fadilah Supari.
“Kita apresiasi langkah pemerintah dalam menerapkan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dipimpin oleh Menko Luhut B. Panjaitan bersama Menko Airlangga Hartarto yang berakhir Selasa (20/7) dan kemudian dilanjutkan hingga tanggal 25 nanti. Ini merupakan langkah tepat dalam menurunkan penularan COVID-19 dan mengurangi kebutuhan masyarakat untuk pengobatan di rumah sakit yang telah over kapasitas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (21/7/2021).
Diketahui, per Senin (19/7) jumlah kasus pasien terinfeksi yang meninggal dunia telah mencapai angka 74,920 orang dari total kasus sebanyak 2,91 juta. Sultan menyatakan situasi tersebut memburuk karena adanya varian delta dari mutasi COVID-19 yang mana infeksi dapat menyebar hanya dalam waktu 15 detik melalui airborne.
Menurutnya, tak hanya di Indonesia, situasi terjadi di berbagai negara, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Australia, India, dan Inggris.
“Kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini berakhir. Maka kita butuh kesiapan dalam menghadapi bagaimana pun situasinya ke depan, baik dalam penanganan maupun pencegahan terhadap setiap kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Dan harus melibatkan orang-orang khusus yang memiliki rekam jejak dalam menghadapi pandemi,” ujarnya.
Menurutnya, mantan Menteri Kesehatan di era SBY, dr. Siti Fadilah Supari adalah salah satu orang yang tepat untuk dilibatkan dalam memberikan wawasan, pertimbangan, bahkan strategi kebijakan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang menghadapi pandemi COVID-19.
“Saya meminta kepada Bapak Presiden RI untuk memanggil Ibu Siti Fadilah Supari ke istana dan sekaligus pemerintah untuk dapat memberikan ruang keterlibatan secara formal (kewenangan khusus) dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Indonesia,” tandasnya.
Sebab menurut Senator muda asal Bengkulu tersebut, dalam menghadapi pandemi, diperlukan sosok yang memiliki pengalaman secara nyata.
“Kita semua tahu presiden dan seluruh jajaran sudah berusaha maksimal melakukan yang terbaik untuk rakyat dalam menghadapi pandemi ini. Tapi situasi sekarang memang darurat dan ibarat sebuah perang, menurut saya, presiden perlu banyak masukan, nasihat, dan pertimbangan sebagai penguatan keyakinan dalam mengambil setiap keputusan,” ungkapnya.
“Presiden perlu kekuatan penuh dalam berperang melawan pandemi COVID-19. Ini saat yang tepat presiden melibatkan sebanyak mungkin orang orang yang berkompeten dalam bidangnya. Bukan hanya dr Siti Fadila Supari, tapi sosok seperti dokter Terawan (mantan Menteri Kesehatan) dan tentu masih banyak ahli berpengalaman lain,” kata dia.
Sebagai informasi, selain pernah menjabat sebagai Menteri dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia, siti merupakan ahli jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama dua puluh lima tahun.
Pada tahun 2007, Siti menulis buku berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.
Pada 1987, Siti menerima The Best Investigator Award Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Best Young Investigator Award dalam Kongres Kardiologi di Manila, Filipina (1988).
Dia juga menerima The Best Investigator Award Konferensi Ilmiah tentang Omega 3 di Texas Amerika Serikat (1994) dan Anthony Mason Award dari Universitas South Wales (1997). Selain itu, Siti menerima beberapa penghargaan dari Amerika dan Australia.
“Kebijakan ke depan tidak boleh bersifat trial dan error. Ketika hadir masalah, kita kalang kabut dalam menghadapinya. Jadi segera harus dirumuskan dengan pendekatan yang berasal dari kacamata ilmu pengetahuan dengan melibatkan orang yang berpengalaman secara komprehensif dalam dunia epidemiologi. Dan beliau memiliki semuanya untuk berperan besar membantu pemerintah menanggulangi COVID-19,” ujar Sultan.
“Ibu Siti adalah aset bangsa ini, apalagi dalam menghadapi pandemi. Beliau adalah seorang ilmuwan dan kaya pengalaman di birokrasi sebagai menteri di pemerintahan. Selain itu, beliau telah menerbitkan 150 karya ilmiah yang di-publish. dalam jurnal nasional maupun internasional,” tutur Sultan yang juga mantan Wakil Gubernur Bengkulu ini.
Dia juga menyebutkan bahwa Siti memiliki peran dalam mengatasi dua pandemi flu sebelumnya di Indonesia. Ia menginginkan kebijakan ke depan dapat menyeimbangkan tantangan, di mana satu sisi tetap mengedepankan upaya ketahanan ekonomi nasional tetap berjalan, tapi tanpa meninggalkan penyediaan public health services di tengah wabah.
“Dan saya, presiden pemerintah dapat mewujudkannya dengan melibatkan sosok-sosok berpengalaman seperti dr. Siti Fadilah Supari dan yang lain,” tutup Sultan.
sumber : detik.com